Author name: Admin

Sosial

PGRI Musi Rawas Utara Serahkan Bantuan Kesehatan untuk Guru Honorer Korban Kecelakaan

Our Services PGRI Musi Rawas Utara Serahkan Bantuan Kesehatan untuk Guru Honorer Korban Kecelakaan PGRI Musi Rawas Utara Serahkan Bantuan Kesehatan untuk Guru Honorer Korban Kecelakaan Musi Rawas Utara, 2 September 2025 – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Musi Rawas Utara kembali menunjukkan kepeduliannya terhadap sesama pendidik. Kali ini, PGRI menyerahkan bantuan kesehatan kepada Pak Joko Lestari, guru honorer SDN Rantau Jaya, yang mengalami kecelakaan tunggal selepas pulang mengajar beberapa waktu lalu. Akibat insiden tersebut, Pak Joko menderita cedera serius pada bagian wajah dan rahang. Setelah menjalani perawatan intensif, kini ia sedang menjalani home care sambil menunggu proses operasi tahap kedua. Kondisi ini menggerakkan hati keluarga besar PGRI untuk bergotong royong membantu meringankan beban biaya pengobatan. Melalui inisiatif pengurus, dilakukan penggalangan dana dari para guru dan tenaga kependidikan se-Kabupaten Musi Rawas Utara. Dari aksi solidaritas itu, terkumpul dana sebesar Rp10.200.000. Bantuan tersebut diserahkan langsung pada Selasa, 2 September 2025 oleh Ketua PGRI Kabupaten Musi Rawas Utara, Hendro Ratmoko, S.Pd, didampingi jajaran pengurus. “Bantuan ini adalah wujud kepedulian kita bersama. Semoga dapat membantu meringankan biaya pengobatan Pak Joko, sekaligus menjadi pengingat bahwa kita adalah satu keluarga besar,” ujar Hendro. PGRI berharap aksi ini menjadi contoh nyata bahwa guru tidak hanya berperan dalam mendidik, tetapi juga saling menjaga dan menguatkan satu sama lain. Rasa empati dan solidaritas inilah yang diharapkan terus tumbuh, agar setiap kesulitan dapat dihadapi bersama dengan semangat persaudaraan.

Sosial

PORSENIJAR PGRI MUSI RAWAS UTARA​

PORSENIJAR PGRI MURATARA 2025 Explore More PORSENIJAR PGRI MUSI RAWAS UTARA TAHUN 2025 PRESS RELEASE PGRI Musi Rawas Utara Sukses Gelar PORSENIJAR Tahun 2025 Musi Rawas Utara, 12 September 2025 – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Musi Rawas Utara sukses menggelar Seleksi Pekan Olahraga, Seni, dan Pembelajaran (PORSENIJAR) tingkat kabupaten pada tanggal 8–9 September 2025. Kegiatan ini dipusatkan di kediaman Wakil Bupati Musi Rawas Utara, dengan tujuan menjaring atlet, seniman, dan tenaga pendidik berprestasi yang akan mewakili PGRI Musi Rawas Utara pada ajang PORSENI tingkat Provinsi Sumatera Selatan yang akan diagendakan di akhir September 2025 mendatang. Kegiatan seleksi yang diketuai oleh Hendro Ratmoko ini mempertandingkan lima cabang lomba, yakni bulu tangkis, tenis meja, catur, menyanyi solo, dan video pembelajaran. Dari hasil seleksi kabupaten, para pemenang yang berhasil meraih prestasi adalah sebagai berikut: Bulu Tangkis: Dendi Putera Lematang, Nico Defrizal, Bagus Santoso, dan Ratna Wijayanti Tenis Meja: Joko Liswandarto, Zaidan, Evan Prasetya, dan Eta Rima Catur: Tholip, S.Pd. Menyanyi Solo: Tinto Ariyanto dan Septi Triwasima Simatupang Video Pembelajaran: masih dalam tahap penilaian Dalam pesan singkatnya, Wakil Bupati Musi Rawas Utara, Bapak Junius Wahyudi, memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini dan dukungan penuh terhadap para peserta. Beliau berharap, kegiatan ini dapat melahirkan atlet dan talenta-talenta terbaik dari kalangan guru, yang tidak hanya berprestasi di tingkat kabupaten tetapi juga mampu mengharumkan nama Kabupaten Musi Rawas Utara di kancah provinsi maupun nasional. “Melalui PORSENIJAR ini, kita tidak hanya mengasah kemampuan olahraga dan seni, tetapi juga menguatkan semangat kebersamaan, sportivitas, dan profesionalitas guru sebagai teladan di masyarakat,” ujar Junius Wahyudi. Perlu diketahui, tahun 2025 ini merupakan kali pertama PGRI Kabupaten Musi Rawas Utara mengikuti ajang PORSENIJAR. Momentum bersejarah ini menegaskan bahwa PGRI memiliki komitmen kuat untuk terus memajukan, mengembangkan potensi, dan meningkatkan kualitas guru demi pendidikan yang lebih bermutu di Musi Rawas Utara. Dengan berakhirnya seleksi tingkat kabupaten ini, para juara akan dipersiapkan untuk mengikuti PORSENI Provinsi Sumatera Selatan pada akhir September 2025.

Sosial

Pak Wen, Guru Honorer di Daerah 3T Akhirnya Bisa Lanjut Kuliah Berkat Dukungan PGRI dan Donasi Guru

Pak Wen, Guru Honorer di Daerah 3T Akhirnya Bisa Lanjut Kuliah Berkat Dukungan PGRI dan Donasi Guru Musi Rawas Utara, 8 Juli 2025 — Kisah haru penuh dedikasi datang dari pelosok SDN Translok Pauh, salah satu sekolah di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) Kabupaten Musi Rawas Utara. Sarwani, atau yang akrab disapa Pak Wen, guru honorer berusia 55 tahun, telah mengabdikan diri selama 20 tahun sebagai pendidik di sana, meski belum menyandang gelar sarjana. Perjalanan pendidikan Pak Wen sempat terhenti di semester 7 Universitas Terbuka karena keterbatasan biaya dan tanggung jawabnya merawat istri tercinta yang mengalami sakit keras. Namun, semangatnya untuk terus berkontribusi dalam dunia pendidikan tidak pernah padam. Melihat dedikasi luar biasa ini, Koko Triantoro, relawan sekaligus Sekretaris PGRI Musi Rawas Utara, bersama tim dan ketua PGRI Hendro Ratmoko, S,Pd, melakukan kunjungan langsung ke tempat tugas Pak Wen. Dalam kunjungan tersebut, PGRI menyampaikan komitmen untuk membantu Pak Wen menyelesaikan pendidikan sarjana melalui pendampingan serta bantuan biaya kuliah dari dana PGRI dan donasi para guru se-Kabupaten Musi Rawas Utara. Pada hari Senin, 8 Juli 2025, PGRI secara resmi mendampingi Pak Wen untuk melakukan registrasi kuliah kembali di UT SALUT (Sentra Layanan Universitas Terbuka). Rencananya, Pak Wen akan kembali aktif mengikuti perkuliahan pada awal bulan September 2025. Koko Triantoro menyampaikan harapan besarnya atas perjuangan Pak Wen. “Kami juga akan mengupayakan apresiasi bantuan sepeda motor untuk Pak Wen, karena medan yang ditempuh untuk ke sekolah cukup terjal dan kondisi motor pak wen sudah tua. Semoga bisa terwujud, mengingat besar jasanya dalam dunia pendidikan di daerah terpencil,” ungkapnya. Kisah Pak Wen menjadi inspirasi bagi banyak orang bahwa pengabdian dan ketulusan dalam mendidik generasi bangsa patut dihargai dan didukung bersama.

Sosial

Zero Illiteracy : Gerakan Berantas Buta Baca, Wujudkan Merdeka Belajar

Zero Illiteracy : Gerakan Berantas Buta Baca, Wujudkan Merdeka Belajar Oleh: Koko Triantoro kokotriantoro@gmail.com survei berdasarkan hasil nilai literasi ANBK 2022 SDN Embacang Lama masih predikat merah, yakni pada posisi 40 %. Rendahnya hasil literasi ANBK salah satunya adalah kesadaran minat baca siswa rendah serta lemah dalam sintesis isi bacaan. Data lain berdasarkan assesment kemampuan baca, terdapat 30 orang siswa pada kelas tinggi yang kemampuan baca belum mencapai pada tingkat pemahaman atau grade B. Penulis tergerak untuk mencari solusi pemecahan masalah literasi di sekolah, merubah mindset bersama bahwa persoalan literasi harus dipecahkan secara team work, bukan lagi menjadi pekerjaan rumah yang dibebankan kepada masing-masing wali kelas. Ide awal yang penulis Kembangkan adalah berbasis masalah, yakni menjadikan problem sebagai sebuah tantangan yang harus diselesaikan. Kemudian mengkaji literatur, tahapan selanjutnya adalah merencanakan program, observasi, action dan evaluasi.  Program yang digunakan dalam menurunkan angka buta baca adalah zero illiteracy. Zero illiteracy adalah kata serapan bahasa inggris yang kemudian diartikan sebagai nol buta baca, dalam konteks bahasan studi ilmiah ini diartikan sebagai gerakan berantas buta baca. Secara spesifik asal istilah zero illiteracy ini dibuat oleh penulis sebagai sebutan nama program. Zero illiteracy diartikan sebagai tingkatan kecakapan atau kemampuan membaca yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Tahapan grading dalam program zero illiteracy ini terdapat empat tahapan atau grading yakni ; Grade  A, Grade B, Grade C dan Grade D. Program zero illiteracy ini penulis kembangan sejak pelaksanaan kick off pada bulan agustus tahun 2022, sebelum penulis diangkat sebagai kepala sekolah. Kick Off program Zero Illiteracy Bersama Kepala Dinas Pendidikan Kami mengajak kepada seluruh dewan guru, staf, kepala sekolah dan disaksikan oleh Kepala Dinas Pendidikan untuk menandatangai komitmen bersama. Kurang lebih selama dua tahun program zero illiteracy diterapkan di sekolah SDN Embacang Lama. Dampak perubahan yang dirasakan sangat masif, terutama pada psikologis siswa, dimana sebelum ada program zero illiteracy siswa yang tidak bisa membaca merasa termarginalkan karena memperoleh perlakuan lain dengan siswa yang sudah bisa membaca dengan baik. Sebagai contoh perlakukan yang membuat siswa tertekan adalah “perampasan’’ jam istirahat yang dimanfaatkan oleh guru (wali kelas) untuk membimbing siswa dalam belajar membaca. Penulis sangat tidak setuju dengan kebijakan yang menggunakan jam istirahat siswa untuk membimbing beberapa siswa yang tidak bisa membaca, karena otak memiliki batas kemampuan untuk berfikir konsentrasi dan membutuhkan jeda untuk refresh.   Beberapa kelebihan program zero illiteracy adalah modul bacaan dan buku pembaca pemula disusun oleh penulis, adanya unsur homogen dan heterogen. Homogen dalam aspek kemampuan membaca dan heterogen dalam aspek tingkatan kelas. Siswa akan dikelompokan berdasarkan kemapuan jenjang baca yang artinya siswa pada jenjang kelas tinggi akan memungkinkan bertemu dengan siswa jenjang kelas rendah (sesuai kemampuan membaca). Program zero illiteracy sangat terasa kental semangat kolaborasi dan kebersamaan karena pada pelaksanaan program ini semua guru dan staf terlibat sebagai mentor baca, menjadikan sebuah persoalan besar “buta baca” yang akan menjadi target utama untuk diselesaikan bersama oleh seluruh steakholder.   Penulis memiliki Impian program zero illiteracy ini dapat digeneralisasi di sekolah-sekolah wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara, khususnya sekolah yang memiliki persolaan yang sama. Program zero illiteracy ini sudah melalui beberapa tahap uji coba baik di internal sekolah maupun sekolah lain yang menerapkan dan menunjukan hasil yang cukup signifikan dalam meningkatkan kesadaran literasi siswa. Penulis sudah melibatkan para pengawas sekolah untuk membantu mensosialisasikan program zero illiteracy ini kepada sekolah-sekolah binaannya. Sampai tahap saat ini sudah tiga kecamatan dan total 25 sekolah di Kabupaten Musi Rawas Utara menerima materi workshop zero illiteracy. Kedepan penulis memiliki keingingan untuk menguji program zero illiteracy kepada pakar Pendidikan meminta masukan dan menyempurkan kekurangan sehinga nantinya dapat secara serentak diterapkan di sekolah-sekolah, dengan diterbitkan surat edaran Dinas Pendidikan Muri Rawas Utara. Penulis akan menyempurnakan modul zero illiteracy, sehingga terbentuk silabus / kurikulum baku zero illiteracy, dengan demikian guru atau sekolah yang akan menerapkan zero illiteracy, akan semakin mudah memberikan treatment kepada siswa karena sudah jelas dan detail terdapat pada panduan kurikulum zero illiteracy.   Tiga sekolah di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara sudah menjalankan program zero illiteracy, secara hasil dalam bentuk data akan dilihat pada fase I (tiga bulan) kedepan, akan tetapi evaluasi saat wawancara dengan koordinator program dan kepala sekolah, kesan yang diberikan cukup positif, semakin mudah membuat vibe kekompakan guru dan terasa nauansa budaya literasi. Dari sisi kemampuan membaca siswa secara kasat terlihat meningkat. Tiga sekolah yang sudah aktif menerapkan zero illiteracy yakni, SDN Karang Waru Kecamatan Rupit, SDN 2 Embacang Baru Kecamatan Karang Jaya dan SDN 1 Karang jaya. Penulis akan memperdalam kerjasama dengan pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan Musi Rawas Utara untuk diterapkan ke sekolah di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara, dengan alasan kuat bahwa sampai saat ini belum ada strategi khusus yang digunakan Dinas Pendidikan dalam hal memeberantas buta membaca.   Program yang baik seyogyanya diimbaskan lebih luas. Pengimbasan yang berdampak luas tentu membutuhkan anggaran, penulis telah mencoba berkolaborasi kepada NGO Lembaga non-profit untuk mendukung pelaksanaan zero illiteracy khususnya di sekolah-sekolah pedalaman. Penulis, selain sebagai kepala sekolah juga aktif dalam kegiatan sosial, sejak tahun 2017 penulis juga konsen dalam membangun Pendidikan pedalaman khususnya dengan mendatangkan bantuan dari donatur, beberapa program yang sudah terealisasi adalah bantuan tujuh jembatan gantung untuk memudahkan akses ke sekolah dan perekonomian warga di musi rawas utara, perahu Pendidikan untuk anak sekolah di Kabupaten kepulauan riau, Kabupaten sintang, Kalimantan Tengah dan Musi Rawas Utara. Pengimbasan zero illiteracy yang di laksanakan di kecamatan karang jaya pada tanggal 21 oktober adalah salah satu pengimbasan yang mendapatkan hibah dana dari yayasan sahabat pedalaman. Saat ini juga penulis sedang tahapan pengajuan proposal kepada Global Partnership for Education (GPE) dengan tema program Kolaborasi untuk Edukasi Anak Indonesia (KREASI) dengan sasaran wilayah Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Halmahera Utara, Kabupaten Pulau Morotai, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Pesisir Barat.   Program zero illiteracy selarah dengan program nawacita yaitu membangaun dari pinggiran. Membangun bukan hanya sekedar infrastruktur, akan tetapi lebih fundamental adalam membangun SDM. Utamanya adalah daerah terpencil yang sering dijumpai siswa tidak bisa membaca, di situlah program zero illiteracy hadir untuk mendukung program pemerintah jug, yakni ANBK. Jika nilai ANBK bagus

Sosial

Zero Illiteracy : Gerakan Berantas Buta Baca, Wujudkan Merdeka Belajar

Zero Illiteracy : Gerakan Berantas Buta Baca, Wujudkan Merdeka Belajar Oleh: Koko Triantoro kokotriantoro@gmail.com Kabupaten Musi Rawas Utara sampai saat ini masih kategori daerah 3T, daerah yang terletak di ujung Provinsi Sumatera Selatan. Persoalan fundamental Pendidikan yang terjadi wilayah  Kabupaten Musi Rawas Utara adalah rendahnya literasi siswa. Literasi tidak dipahami hanya sebatas membaca, menulis, jauh dari itu adalah kemampuan peserta didik dalam mengolah segala informasi yang akan menjadi sebuah kecakapan yang dimilikinya. Penulis fokus pada sekolah internal, survei berdasarkan hasil nilai literasi ANBK 2022 SDN Embacang Lama masih predikat merah, yakni pada posisi 40 %. Rendahnya hasil literasi ANBK salah satunya adalah kesadaran minat baca siswa rendah serta lemah dalam sintesis isi bacaan. Data lain berdasarkan assesment kemampuan baca, terdapat 30 orang siswa pada kelas tinggi yang kemampuan baca belum mencapai pada tingkat pemahaman atau grade B. Penulis tergerak untuk mencari solusi pemecahan masalah literasi di sekolah, merubah mindset bersama bahwa persoalan literasi harus dipecahkan secara team work, bukan lagi menjadi pekerjaan rumah yang dibebankan kepada masing-masing wali kelas. Ide awal yang penulis Kembangkan adalah berbasis masalah, yakni menjadikan problem sebagai sebuah tantangan yang harus diselesaikan. Kemudian mengkaji literatur, tahapan selanjutnya adalah merencanakan program, observasi, action dan evaluasi.  Program yang digunakan dalam menurunkan angka buta baca adalah zero illiteracy. Zero illiteracy adalah kata serapan bahasa inggris yang kemudian diartikan sebagai nol buta baca, dalam konteks bahasan studi ilmiah ini diartikan sebagai gerakan berantas buta baca. Secara spesifik asal istilah zero illiteracy ini dibuat oleh penulis sebagai sebutan nama program. Zero illiteracy diartikan sebagai tingkatan kecakapan atau kemampuan membaca yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Tahapan grading dalam program zero illiteracy ini terdapat empat tahapan atau grading yakni ; Grade  A, Grade B, Grade C dan Grade D. Grading ini merujuk pada Badan Standar Kurikulum N0. 030/P/2022 Tentang Penjenjangan Buku. Hasil data menunjukan pada tahap perencanaan jumlah peserta didik yang berada pada grade A sebanyak 8 orang, dan mengalami kenaikan  2 orang. Grade B pada tahapan perencanaan sejumlah 30 orang kemudian naik menjadi 41 orang. Pada grade C yang semula 12 naik menjadi 15 orang. Sementara grade D pada tahap perencanaan awal sebanyak 35 orang turun menjadi 27 orang. Program zero illiteracy ini penulis kembangan sejak pelaksanaan kick off pada bulan agustus tahun 2022, sebelum penulis diangkat sebagai kepala sekolah. Kami mengajak kepada seluruh dewan guru, staf, kepala sekolah dan disaksikan oleh Kepala Dinas Pendidikan untuk menandatangai komitmen bersama (https://bit.ly/3YUqiaj). Kurang lebih selama dua tahun program zero illiteracy diterapkan di sekolah SDN Embacang Lama. Dampak perubahan yang dirasakan sangat masif, terutama pada psikologis siswa, dimana sebelum ada program zero illiteracy siswa yang tidak bisa membaca merasa termarginalkan karena memperoleh perlakuan lain dengan siswa yang sudah bisa membaca dengan baik. Sebagai contoh perlakukan yang membuat siswa tertekan adalah “perampasan’’ jam istirahat yang dimanfaatkan oleh guru (wali kelas) untuk membimbing siswa dalam belajar membaca. Penulis sangat tidak setuju dengan kebijakan yang menggunakan jam istirahat siswa untuk membimbing beberapa siswa yang tidak bisa membaca, karena otak memiliki batas kemampuan untuk berfikir konsentrasi dan membutuhkan jeda untuk refresh. Perubahan pasca diterapkan zero illiteracy, sangat terlihat kongkret, yakni dari semangat siswa dalam belajar membaca karena semua mendapat perlakukan sama, siswa merasa sangat terakomodir karena dikelompkan berdasarkan jenjang grade masing-masing dan dibimbing lebih dari dua orang guru. Kegiatan zero illiteracy ini dilaksanakan lima belas menit sebelum jam efektif belajar , semua elemen terlibat aktif, dan sangat terasa budaya literasi. Beberapa kelebihan program zero illiteracy adalah modul bacaan dan buku pembaca pemula disusun oleh penulis (https://bit.ly/3YSHlcZ), adanya unsur homogen dan heterogen. Homogen dalam aspek kemampuan membaca dan heterogen dalam aspek tingkatan kelas. Siswa akan dikelompokan berdasarkan kemapuan jenjang baca yang artinya siswa pada jenjang kelas tinggi akan memungkinkan bertemu dengan siswa jenjang kelas rendah (sesuai kemampuan membaca). Program zero illiteracy sangat terasa kental semangat kolaborasi dan kebersamaan karena pada pelaksanaan program ini semua guru dan staf terlibat sebagai mentor baca, menjadikan sebuah persoalan besar “buta baca” yang akan menjadi target utama untuk diselesaikan bersama oleh seluruh steakholder. Progaram ini penulis sosialisasikan kepada masyarakat utamanya wali murid, lebih dari itu penulis memiliki harapan program ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah Kabupaten Musi Rawas Utara. Meskipun baru tiga dari tujuh kecamatan yang sudah meniru program zero illiteracy, masyarakat merespon sangat bagus, karena memiliki keunggulan, target, alat ukur, dan perlakukan dengan strategi khusus terhadap persoalan buta membaca untuk siswa. Tanggapan positif dari para praktisi pendidikan  pertama kali kami peroleh saat gelar panen karya guru penggerak Angkatan 8 Kabupaten Musi Rawas Utara saat penulis melakukan pemaparan program zero illiteracy. Program zero illiteracy yang sudah diterapkan mampu menjawab stigma masyarakat. Selama ini lulusan SDN Embacang Lama yang paling dianggap memiliki kelulusan yang kurang kompeten dalam literasi (baca, tulis). Narasi-narasi sperti ini penulis dengar secara langsung dari masyarakat atau dewan guru di SMP Karang Jaya (sekolah yang banyak diminati lulusan SDN Embacang Lama). Stigma tersebut mulai berkurang semenjak diterapkan program zero illiteracy, terlebih penulis gencar mensosialisasikan bentuk kegiatan zero illiteracy lewat media, baik pada akun pribadi atau akun resmi sekolah. Penulis juga sering di undang dalam kesempatan diseminasi program zero illiteracy baik di wilayah Kabupaten musi rawas utara maupun dari sekolah luar Kabupaten musi rawas utara. Strategi alur zero illiteracy penulis bagikan kepada guru dan kepala sekolah yang membutuhkan. . Penulis memiliki Impian program zero illiteracy ini dapat digeneralisasi di sekolah-sekolah wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara, khususnya sekolah yang memiliki persolaan yang sama. Program zero illiteracy ini sudah melalui beberapa tahap uji coba baik di internal sekolah maupun sekolah lain yang menerapkan dan menunjukan hasil yang cukup signifikan dalam meningkatkan kesadaran literasi siswa. Penulis sudah melibatkan para pengawas sekolah untuk membantu mensosialisasikan program zero illiteracy ini kepada sekolah-sekolah binaannya. Sampai tahap saat ini sudah tiga kecamatan dan total 25 sekolah di Kabupaten Musi Rawas Utara menerima materi workshop zero illiteracy. Kedepan penulis memiliki keingingan untuk menguji program zero illiteracy kepada pakar Pendidikan meminta masukan dan menyempurkan kekurangan sehinga nantinya dapat secara serentak diterapkan di sekolah-sekolah, dengan diterbitkan surat edaran Dinas Pendidikan Muri Rawas Utara. Penulis akan menyempurnakan modul zero illiteracy, sehingga terbentuk silabus /

Sosial

PGRI Peduli: Kunjungi Guru Honorer Sakit, Wujud Nyata Kepedulian Terhadap Sesama

Sebagai bentuk kepedulian dan solidaritas terhadap sesama tenaga pendidik, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Musi Rawas Utara melaksanakan kegiatan bertajuk “PGRI Peduli”, dengan melakukan kunjungan ke rumah salah satu guru honorer, Ibu Dewi Mareta, SE, yang saat ini sedang mengalami sakit berat. Ibu Dewi Mareta merupakan guru honorer yang bertugas di SDN Aringin dan telah menderita sakit selama kurang lebih satu tahun terakhir, dengan diagnosa kanker otak. Kunjungan dilakukan langsung oleh Ketua PGRI Kabupaten Musi Rawas Utara, Hendro Ratmoko, S.Pd, didampingi oleh Sekretaris Umum PGRI, Koko Triantoro, S.Pd. Dalam kunjungan tersebut, PGRI menyerahkan santunan uang tunai untuk membantu biaya kontrol pengobatan lanjutan ke RSMH Palembang. Selain itu, PGRI juga menyatakan akan berupaya memberikan bantuan lanjutan berupa ambulans atau akomodasi lainnya, bekerja sama dengan yayasan yang terkait. Ketua PGRI Muratara, Hendro Ratmoko, S.Pd, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen PGRI untuk hadir dan peduli terhadap kondisi para guru, baik dalam urusan profesi maupun persoalan pribadi. “Saya, sebagai Ketua PGRI, ingin turun langsung ke tiap daerah di seluruh kecamatan untuk melihat dan mendengar keluh kesah para guru, baik yang berkaitan dengan profesi maupun kondisi pribadi seperti kesenjangan ekonomi atau sakit seperti yang dialami Ibu Dewi Mareta. PGRI merupakan amanah besar bagi saya, dan sebagai tanggung jawab, saya ingin memberikan yang terbaik untuk guru-guru di Kabupaten Musi Rawas Utara. Saya berharap para guru tetap kompak, semangat dalam mengajar, dan tidak pernah malas untuk terus belajar demi anak-anak didik kita,” ungkapnya. Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa semangat kekeluargaan dan saling membantu di antara para pendidik adalah nilai utama dalam membangun pendidikan yang bermartabat dan berkeadilan di Kabupaten Musi Rawas Utara.

Sosial

PGRI Muratara Tunjukkan Kepedulian di Operasi Gratis Bibir Sumbing HUT Muratara ke-12

Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) ke-12, RSUD Rupit bekerja sama dengan Smile Train dan Yayasan Ummi Romlah menggelar kegiatan bakti sosial berupa Operasi Gratis Bibir Sumbing, yang dilaksanakan pada Sabtu, 21 Juni 2025 di RSUD Rupit. Kegiatan kemanusiaan ini berhasil melayani 16 orang pasien, yang berasal dari berbagai wilayah di Kabupaten Musi Rawas Utara dan daerah sekitarnya. Operasi dipimpin langsung oleh tim dokter spesialis bedah plastik dari RS Muhammadiyah Palembang, yakni dr. Iqmal Perlianta, Sp.BE-RE dan dr. Pipit Hendri Yani, Sp.BE-RE. Menunjukkan solidaritas dan kepeduliannya, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Musi Rawas Utara turut memberikan dukungan berupa bantuan uang tunai sebesar Rp200.000 per pasien untuk membantu akomodasi dan transportasi pasien selama proses pengobatan. Ketua PGRI Muratara, Hendro Ratmoko, S.Pd, menyampaikan bahwa bantuan ini merupakan bentuk keprihatinan dan dukungan moril dari para guru di Muratara. “Saya mewakili para guru se-Kabupaten Musi Rawas Utara turut empati atas terselenggaranya bakti sosial operasi gratis bibir sumbing. Karena itu, kami hanya mampu memberikan sedikit bantuan berupa uang tunai untuk membantu akomodasi transportasi bagi pasien. Semoga sedikit bantuan ini membantu para pasien,” ujarnya. Kegiatan ini mencerminkan sinergi lintas sektor dalam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan memperkuat semangat gotong royong dalam memperingati hari jadi Kabupaten Musi Rawas Utara ke-12.

Scroll to Top